Kilas Java, Surabaya - Shahnaz Haq, dalam acara parenting yang digelar oleh SD Khadijah 3 di Gedung LPSP Unesa, membagikan pandangan inspiratif tentang cara membentuk generasi berprestasi dan berakhlak di era modern.
Menghadapi tantangan dunia yang serba cepat dan penuh ketidakpastian, Shahnaz menekankan pentingnya memahami teknik mendidik yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Salah satu poin utama yang disampaikan adalah pentingnya mencatat secara manual untuk membantu anak memahami pelajaran.
"Ketika menulis tangan, otak anak memproses informasi lebih dalam dibandingkan mengetik. Dengan mencatat manual, anak akan lebih banyak memahami dan mengingat apa yang dipelajari," ujar Shahnaz.
Ia juga mengingatkan bahwa teknologi canggih yang digunakan secara berlebihan sering kali tidak memberikan dampak positif yang signifikan. Sebaliknya, praktik sederhana seperti mencatat bisa menjadi metode efektif untuk meningkatkan daya ingat dan pemahaman.
Menurut Shahnaz, keberhasilan pendidikan tidak hanya bergantung pada kecerdasan bawaan anak.
"Anak kurang pintar tetapi rajin biasanya akan mencapai hasil yang baik, sedangkan anak jenius yang malas justru cenderung gagal. Maka, peran pendidik adalah membentuk kebiasaan belajar yang baik pada anak," ungkapnya.
Ia juga mengapresiasi para guru yang berperan sebagai pendidik sejati, yaitu mereka yang tidak hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga membimbing karakter anak untuk menjadi individu yang berakhlak.
Shahnaz menekankan bahwa anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibandingkan apa yang mereka dengar.
"Children see, children do. Apa yang kita contohkan sebagai orang tua atau pendidik akan diikuti oleh anak-anak," jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya konsistensi antara ucapan dan tindakan. "Work the talk. Jika ingin anak memiliki kebiasaan baik, kita harus terlebih dahulu menunjukkan kebiasaan tersebut melalui tindakan sehari-hari," tambahnya.
Menghadapi Tantangan VUCA
Shahnaz menyebut bahwa generasi saat ini hidup di dunia yang penuh dengan perubahan cepat (volatile), ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity), dan ambiguitas (ambiguity), yang dikenal sebagai era VUCA. Untuk menghadapi tantangan ini, ia menekankan perlunya membangun growth mindset pada anak, yaitu pola pikir yang terbuka terhadap pembelajaran dan perubahan.
Pendidikan formal memberikan explicit knowledge, seperti pengetahuan akademis yang terstruktur. Namun, tacit knowledge, yang diperoleh melalui pengalaman hidup, menjadi kunci utama untuk membentuk kemampuan intuitif dalam memecahkan masalah, berinovasi, dan mengambil keputusan.
Shahnaz menjelaskan bahwa otak manusia terbagi dalam tiga fungsi utama, otak kiri yang berfungsi seperti robot, fokus pada logika, otak kanan yang mewakili sisi kreatif dan kemanusiaan, otak tengah yang berkaitan dengan insting dan naluri.
"Ketika mendidik anak, penting untuk mengembangkan keseimbangan antara logika, kreativitas, dan naluri agar mereka menjadi individu yang tangguh secara intelektual dan emosional," jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya memahami konteks sebelum mengajarkan konten. "Konteks adalah fondasi dari apa yang akan diajarkan. Jika anak memahami konteks, konten akan lebih mudah dipahami dan diaplikasikan," tegasnya.
Di akhir sambutannya, Shahnaz mengajak orang tua dan guru untuk terus bersinergi dalam membentuk generasi yang berakhlak dan berprestasi.
Ia menekankan bahwa kesuksesan anak dimulai dari dukungan orang tua yang konsisten memberikan contoh yang baik.